Sabtu, 29 Oktober 2011

Model Pendidikan Olahraga

Model Pendidikan Olahraga
            Model ini dikembangkan oleh Siedentop berdasarkan atas asumsi bahwa :
1.      Olahraga adalah bentuk lanjut dari bermain,
2.      Olahraga merupakan bagian penting dari kebudayaan,
3.      Peserta didik harus berolahraga lewat pendidikan jasmani karena asumsi kedua, dan
4.      Keikutsertaan peserta didik dalam olahraga harus sesuai dengan perkembangannya.
Siedentop (1994 :3) menyatakan bahwa pendidikan olahraga merupakan suatu model kurikulum dan pengajaran yang dikembangkan untuk program pendidikan jasmani dimana peserta didik tidak hanya belajar secara lengkap bagaimana cara berolahraga, tetapi juga belajar mengkoordinir dan mengatur kegiatan olahraga. Peserta didik, juga belajar bertanggung jawab secara pribadi dan keterampilan sebagai anggota kelompok secara efektif.
Dengan melaksanakan model ini, memungkinkan peserta didik mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk ikut serta dalam kegiatan olahraga. Syarat penting yang perlu diperhatikan adalah olahraga harus dimodifikasi sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik, sehingga mereka bisa berpartisipasi baik secara individu maupun secara tim dan kelompok.
Salah satu fungsi utama pendidikan olahraga adalah membuat pendidikan jasmani mirip dengan olahraga. Siedentop mengidentifikasi 6 ciri-ciri yang terdapat dalam model ini yang sangat penting untuk mengenalkan budaya olahraga dalam pendidikan jasmani. Ciri-ciri yang dimaksud meliputi :
1.      Musim-musim olahraga : sebuah musim memerlukan waktu yang cukup panjang agar siswa mampu mengembangkan keterampilan, pemahaman dan menimbulkan kesenangan selaras dengan semakin meningkatnya tantangan dalam kegiatan,
2.      Afiliasi kepada tim : siswa segera bergabung dengan tim tertentu selama satu musim. Kelompok ini diperlukan untuk meningkatkan kerjasama dan rasa memiliki tim,
3.      Kompetisi yang terjadwal : jadwal kompetisi yang telah ditetapkan diperlukan dalam rangka member kesempatan kepada setiap tim untuk menyiapkan diri,
4.      Kegiatan puncak : setelah mengikuti kompetisi dalam periode tertentu, siswa akan memasuki babak final dan kegiatan pembagian hadiah,
5.      Pencatatan rekor : setiap rekor / prestasi perlu disimpan dan dijadikan landasan untuk membuat program berikutnya,
6.      Guru sebagai pelatih.
Contoh model pendidikan olahraga diambil dari Louisiana School for Math, Science and Arts disajikan pada table di bawah ini. Siswa memulai pelajaran dengan mengambil mata pelajaran prasyarat “Fitness”. Setelah mengikuti materi fitness, mereka memilih salah satu aktivitas dari tiga bidang utama yang disediakan, yaitu sport education, leisure, atau fitness. Rincian lengkap ketiga bidang tersebut pada table berikut.
Sport Education
Leisure
Fitness
Racquest sports :
Badminton, tennis, table tennis.
Recreation : boating, canoeing, sailing, water skiing, windsurfing
Weifht training
Aerobic dance
Aerobic exercise
Target sports :
Archery, bowling, golf, fencing, riflery
Team sports :
Volleyball, basketbakk, soccer, softball, baseball, track and field.
Martial arts :
Karate
Aquatics


Recreation dance


Setiap aktivitas dalam table tersebut, kemudian dijabarkan menjadi rencana pengajaran untuk satu catur wulan. Salah satu contoh kegiatan yang dikembangkan adalah aktivitas Tennis Lapangan sebagai berikut.
sesi
Aktivitas
1
Introduce sport education, tennis skills, elect sport board.
2-5
Theory : history and traditions of tennis, rules, rituals, double play, officiating.
Skills
6
Skills test
7
Singles games for ranking
8
Single games, teams selected
9
Team practice, double competition format experience
10-14
Double competition round robin, players matched through equivalent ranking
15
Review double competition,
Singles rankings within teams
16-21
Singles competition between teams, play equivalent ranking
22
Visit local tennis center, games,
Award ceremony.

2 komentar: